Moto hidup Kristiani adalah melayani. Semasa Kristus ada di dunia,
maka melayani adalah seluruh hidup yang dijalaniNya. Pernyataan tentang
misi hidupNya diungkapkan dengan jelas oleh
Matius 20:28, yaitu bahwa
Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Sayangnya, kata
melayani sering kurang lengkap dipahami. Mereka yang
begitu aktif dalam berbagai kegiatan gereja, yang selalu dimaknai
sebagai sebuah pelayanan, sering merasa kecewa, bahkan tidak lagi mau
melayani. Mereka kecewa karena respon orang lain terhadap pelayanan yang
mereka berikan tidak seperti yang mereka harapkan. Mereka menjadi kapok
untuk melayani. Di tengah situasi masyarakat yang selalu datang dengan
tuntutan, prinsip melayani sering ditertawakan. Banyak orang bertanya:
”Apa mungkin di tengah situasi orang yang serba individualis dan tidak
peduli, kita masih dapat melayani?”
Saudara/i seiman, aspek kerelaan dan sukacita dalam melayani adalah penekanan
bacaan-bacaan kita hari ini. Abraham melayani para tamu dengan kerelaan
dan sukacita. Pada Mazmur, pelayanan ibadat semestinya tampak pada
pelayanan dengan sukacita kepada sesama. Surat Kolose menegaskan
pekerjaan Paulus yang mendatangkan sukacita. Injil memaparkan dampak
dari pelayanan yang tidak dikerjakan dengan sukacita.
Penting untuk ditegaskan bahwa pelayanan yang bersumber pada sukacita
dan sukarela akan mendatangkan dampak yang luarbiasa. Allah berkenan
pada tindakan tersebut, dan karena itu setiap pekerjaan yang dilakukan
dengan sukacita bukan saja akan mendatangkan berkat bagi orang yang
dilayani, melainkan juga bagi mereka yang melayani. Itu semua menjadi
tanda bahwa kemuliaan Allah dinyatakan melalui pelayanan tersebut.
Haleluyah..